-GOVERNMENT BONDS-
Minim sentimen positif, investor mulai cermati dampak demonstrasi. Kemarin, pergerakan pasar obligasi dipengaruhi oleh situasi domestik. Sejumlah masyarakat menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker). Rupiah dibuka menguat 0,14% ke level IDR 14.670/USD, yang kemudian melemah 0,11% ke IDR 14.706/USD, sebelum akhirnya ditutup menguat tipis 0,03% di level IDR 14.685/USD. Sementara itu, sebagian besar harga Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah, kecuali tenor 1-tahun dan 20-tahun yang ramai ditransaksikan investor. SBN 1-tahun mencatatkan penurunan yield 4,6 bps dan 20-tahun yang turun 0,1 bps. Di sisi lain, yield SBN 10-tahun naik 0,3 bps. Aksi penolakan yang berlangsung 2 hari terakhir berujung pada demo di sejumlah daerah. Hal ini membuat investor lebih memilih menjual SBN. Data ekonomi domestik belum dapat memberikan sentimen positif. Bank Indonesia (BI) merilis data Indeks Penjualan Riil (IPR) per Agustus turun 9,2% YoY. Angka itu memang membaik dibandingkan Juli 2020 yang juga turun sebesar 12,3% YoY tetapi masih menunjukkan penurunan alias terkontraksi.

-CORPORATE BONDS-
Pefindo: Peringkat AAA Dua Surat Utang ADMF. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyematkan peringkat AAA untuk dua surat utang Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), yakni Obligasi Berkelanjutan IV tahap I Tahun 2017 Seri B dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2017 Seri B. Sebagai catatan, Obligasi Berkelanjutan IV tahap I Tahun 2017 Seri B Adira Finance senilai IDR 893 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2017 Seri B mencapai IDR 55 miliar. Pefindo melihat Adira Finance memiliki kesiapan untuk melunasi kedua surat utang tersebut yang didukung oleh dana kas dan setara kas perseroan yang besar mencapai IDR 5,9 triliun hingga akhir Agustus 2020. ADMF juga memiliki penerimaan angsuran atas piutang pembiayaan sekitar IDR 3,2 triliun per bulan. Kedua surat utang tersebut akan jatuh tempo pada 12 Desember 2020. Sebagai informasi, Adira Finance sepanjang 1H20 memperoleh laba bersih sejumlah IDR 597 miliar, atau turun 37% YoY. Penurunan ini dipicu atas kinerja pembiyaan yang terhambat akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Adira Finance membukukan penurunan pendapatan bunga 1% menjadi IDR 5,8 triliun, dibandingkan periode sama tahun lalu. Beban bunga turun 2% YoY menjadi IDR 2,3 triliun di 1H20. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Pemerintah menjual total IDR 229,68 triliun ke Bank Indonesia untuk burden sharing. Dalam empat kali penerbitan, pemerintah telah menjual surat utang negara (SUN) ke Bank Indonesia (BI) melalui skema private placement. Total penerbitan ini mencapai 57,77% dari total kebutuhan pembiayaan public goods diproyeksikan sebesar IDR 397,56 triliun. Selasa (06/10), pemerintah menerbitkan SUN IDR 46,2 triliun yang dibeli oleh BI. Pemerintah menerbitkan empat seri SUN dengan jenis variable rate alias dengan bunga mengambang yang dapat diperdagangkan. Masing-masing seri menawarkan suku bunga reverse repo BI tenor 3 bulan dengan kupon tiga bulan pertama masing-masing 3,84%. Keempat seri surat utang memiliki nilai IDR 11,55 triliun. Keempat seri SUN ini adalah VR0046 (jatuh tempo 12 Oktober 2025), VR0047 (jatuh tempo 12 Oktober 2026), VR0048 (jatuh tempo 12 Oktober 2027), dan VR0049 (jatuh tempo 12 Oktober 2028). Pemerintah pertama kali menerbitkan SUN lewat private placement ke BI untuk burden sharing pertama pada 6 Agustus lalu. Pada tahap kedua, pemerintah hanya menerbitkan Rp 16,98 triliun dan pada tahap ketiga senilai IDR 84,4 triliun SUN lewat private placement ke BI. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Investor Dapat Mulai Cermati Tenor Panjang PBS025 dan PBS028. Dalam lelang sukuk sebelumnya, penawaran masuk PBS025 dan PBS028 menjadi yang tertinggi. Berdasarkan data DJPPR, PBS025 mencatatkan penawaran masuk IDR 6,72 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 7,12% dan imbalan 8,37%. Sementara, PBS028 mendapatkan total penawaran masuk IDR 6,44 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,49% dan imbalan 7,75%. Sebagai catatan, lelang Sukuk ini mengawali lelang SBSN perdana untuk periode 4Q20.