Today’s Outlook:
• PASAR AS : Pada penutupan NYSE, Dow Jones Industrial Average naik 0,3%, S&P 500 menguat 0,6%, dan NASDAQ Composite melonjak 0,9%. Kenaikan ini didorong oleh saham-saham teknologi, seiring meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok setelah Gedung Putih mengonfirmasi pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping yang dijadwalkan pada 30 Oktober.
Pernyataan resmi dari juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menenangkan pasar setelah berminggu-minggu kekhawatiran soal perang dagang. Kedua negara sempat saling mengancam akan meningkatkan tarif dan pembatasan perdagangan, yang membuat pasar keuangan global bergejolak. Reuters melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan pembatasan besar terhadap ekspor barang yang menggunakan atau mengandung perangkat lunak AS ke China, sebagai respons atas kebijakan Beijing yang membatasi ekspor rare earth (logam tanah jarang). Langkah ini bisa berdampak luas, terutama pada industri semikonduktor, penerbangan, dan elektronik konsumen, serta berpotensi memperdalam ketegangan ekonomi antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Namun, para investor tetap berhati-hati menjelang rilis data inflasi (Consumer Price Index/CPI) bulan September, yang tertunda akibat penutupan sebagian pemerintahan AS (government shutdown) selama lebih dari tiga minggu. Data ini menjadi penting karena akan menjadi acuan utama The Federal Reserve (The Fed) dalam rapat kebijakan moneter minggu depan. Pasar memperkirakan The Fed akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini, dan kemungkinan melanjutkan pemangkasan lagi pada Desember. Karena banyak data ekonomi tertunda akibat shutdown, angka inflasi ini menjadi satu-satunya panduan penting bagi pelaku pasar untuk menilai arah kebijakan The Fed berikutnya.
• PASAR EROPA : Bursa Eropa ditutup menguat pada Kamis, terdorong oleh kenaikan saham sektor energi dan ramainya laporan keuangan kuartalan perusahaan besar. DAX (Jerman) naik 0,3%, CAC 40 (Prancis) menguat 0,2%, dan FTSE 100 (Inggris) naik 0,7%.
Penguatan di Eropa mencerminkan optimisme investor terhadap stabilnya harga energi serta prospek pertumbuhan perusahaan di tengah kondisi global yang masih bergejolak. Sektor energi mendapat dorongan tambahan dari naiknya harga minyak dunia setelah AS memberlakukan sanksi terhadap perusahaan minyak besar Rusia.
• PASAR ASIA : Bursa saham di Asia bergerak beragam pada Kamis, dengan sebagian besar mencatatkan penguatan, namun pasar Jepang justru melemah. Shanghai Composite (China) naik 0,2%, Hang Seng (Hong Kong) menguat 0,72% setelah rebound tajam di sesi akhir perdagangan, dan Nikkei 225 (Jepang) turun 1,4%, memperpanjang penurunan setelah sebelumnya sempat mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Penurunan indeks Nikkei terjadi karena aksi ambil untung (profit taking) setelah reli kuat awal pekan ini, yang dipicu oleh optimisme terhadap kebijakan ekonomi Perdana Menteri baru, Sanae Takaichi. Namun, kekhawatiran tentang ketahanan kenaikan pasar dan laporan bahwa Takaichi tengah menyiapkan paket stimulus besar-besaran untuk mengendalikan inflasi dan menopang daya beli rumah tangga membuat investor kembali berhati-hati.
Di sisi lain, Korea Selatan mengalami penurunan lebih dari 1% setelah bank sentral setempat mempertahankan suku bunga tidak berubah, sesuai ekspektasi pasar. Sementara itu, laporan dari pemerintahan AS bahwa mereka tengah mempertimbangkan pembatasan baru terhadap ekspor produk teknologi tinggi seperti laptop, mesin jet, dan produk berbasis software ke China juga turut membayangi sentimen pasar Asia.
• KOMODITAS : Harga minyak mentah dunia melonjak sekitar 5%, mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir setelah pemerintahan Trump menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft dan Lukoil, terkait perang Rusia–Ukraina. Langkah ini membuat perusahaan energi besar di China dan India mempertimbangkan penghentian sebagian impor minyak Rusia, karena khawatir terimbas sanksi sekunder dari AS.
Kementerian Keuangan AS menegaskan bahwa kedua perusahaan tersebut telah mendanai mesin perang Kremlin, dan menyatakan siap mengambil langkah lanjutan terhadap Moskow bila perlu. Langkah ini juga menandai pergeseran sikap Trump terhadap Rusia, karena selama masa jabatan keduanya, Trump relatif menghindari pemberlakuan sanksi langsung terhadap Moskow.
Sanksi baru ini berpotensi mengurangi pasokan minyak global, dan akibatnya harga minyak melonjak tajam, dengan kenaikan harian terbesar sejak pertengahan Juni. Reuters melaporkan bahwa perusahaan minyak negara China telah menghentikan pembelian minyak Rusia melalui jalur laut, yang semakin memperketat pasokan global. Kondisi ini membantu menenangkan kekhawatiran tentang potensi kelebihan pasokan (oversupply) yang sebelumnya membayangi pasar energi global.
• INDONESIA: IHSG ditutup menguat +1.49% ke zona hijau di level 8274.35.* IHSG berpeluang untuk breakout 8300 jika terdapat saham konglomerasi yang terapresiasi market. Namun, tetap perhatikan risiko dikarenakan Hari Jumat yang merupakan hari penutup mingguan dimana indikasi tekanan jual yang cukup tinggi.
Catatan Saham Konglomerasi: Jika anda masih menggemari saham konglomerasi, lebih baik lakukan fast / scalping trade saja dikarenakan risk – reward yang kurang atraktif. Ada peluang rotasi dari Konglomerasi lain pasca reboundnya saham Konglomerasi Haji Isam, seperti Grup Hapsoro. Terdapat peluang rebound menyambut katalis indexing MSCI walaupun secara risiko sudah jauh lebih besar di kondisi saat ini dan kembali lagi tetap pantau ketat support dan resistancenya.
Untuk jangka menengah dan mitigasi risiko tetap disarankan untuk melakukan tactical play seperti memperhatikan rotasi sektor ke saham-saham fundamental – klasik, seperti perbankan dikarenakan dividend yield perbankan yang lebih atraktif dari yield obligasi di kondisi saat ini (Div Yield Perbankan > Yield Bonds), walaupun perbankan memiliki tantangan kinerja (Kekhawatiran penyaluran kredit – kualitas aset) dan saham berbasis konsumer dan kesehatan sebagai hedging defensif (UNVR, KLBF etc.). Saham rokok juga cukup menarik jika performa Q3 – 25 menunjukkan adanya improvement sembari mengharapkan adanya transisi kebijakan yang lebih baik di sektor tembakau.
Unduh Laporan Lengkapnya DISINI.

