Today’s Outlook:

• S&P 500 dan NASDAQ membukukan persentase kenaikan harian terbesar sejak 22 Februari; DJIA merangkak naik pada hari perdagangan terakhir bulan Juli seiring menguatnya saham produsen chip berkat sentimen Federal Reserve mempertahankan suku bunga AS tidak berubah sambil mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran pada bulan September jika Inflasi mereda. Tujuh dari 11 sektor S&P 500 menguat, dipimpin oleh sektor Teknologi dan Consumer discretionary. Philadelphia SE Semiconductor index meroket naik hampir 7%. The Fed mempertahankan suku bunga acuan semalam dalam kisaran 5, 25%-5, 50% saat mengakhiri FOMC Meeting yang telah berlangsung 2 hari, tetapi membuka pintu untuk pelonggaran pada bulan September, tepat 7 minggu sebelum PEMILU AS di bulan November. Imbal hasil obligasi acuan AS tenor 10 tahun sontak turun 9, 8 bps menjadi 4, 043%. Dow Jones Industrial Average naik 0, 24% menjadi 40.842, 79, S&P 500 melonjak 1, 58% menjadi 5.522, 30 dan NASDAQ Composite melesat 2, 64% menjadi 17.599, 40. Untuk bulan Juli, S&P 500 naik 1, 1%, Dow melonjak 4, 4%, sementara Nasdaq turun 0, 8%. Sektor rotasi terlihat jelas bergeser dari Technology dan shifting ke sektor lain yang laggard. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden berencana untuk mengungkapkan aturan baru bulan depan yang akan memperluas kewenangan AS untuk menghentikan ekspor peralatan manufaktur semikonduktor dari beberapa negara asing ke perusahaan chip-maker di China, demikian menurut sumber Reuters.

• INDIKATOR EKONOMI: Pada konferensi persnya, Fed Chairman Jerome Powell mengatakan para pembuat kebijakan membahas alasan pemotongan suku bunga, tetapi mayoritas besar setuju bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat; dan pasar menilai para pejabat bank sentral ini lebih siap untuk pemotongan suku bunga di bulan September. Data tenaga kerja US ADP Nonfarm Employment Change yang dirilis sebelum moment keputusan The Fed menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja baru di sektor swasta AS di bulan Juli bertambah lebih sedikit dari perkiraan (actual: 122 ribu versus forecast 147 ribu), menunjukkan pasar tenaga kerja mulai longgar, apalagi jika dibandingkan dengan angka bulan sebelumnya 155 ribu. Dari sisi property, Pending Home Sales tumbuh sangat kuat 4.8% mom pada bulan June, jauh lebih tinggi dari forecast 1.4% dan terlebih dari kondisi kontraksi 1.9% pada bulan sebelumnya. Hari ini giliran Initial Jobless Claims mingguan dan sejumlah angka Manufacturing PMI (Jul) serta Construction Spending (Jun) yang akan jadi sorotan para pelaku pasar.

• MARKET ASIA & EROPA: BANK OF JAPAN memulai parade bank sentral minggu ini pada hari Rabu, setelah mereka secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan 15bps menjadi 0.25% dan menetapkan pengurangan pembelian obligasi bulanan dalam beberapa tahap menjadi sekitar 3 triliun Yen, setengah dari target saat ini yaitu 6 triliun Yen, yang akan dilaksanakan pada awal tahun 2026. Rencana ini mengindikasikan akhir dari quantitative easing alias stimulus moneter massive yang telah berjalan selama 1 dekade. Adapun kenaikan suku bunga JEPANG ini terjadi di tengah perbaikan inflasi Jepang selama 2 bulan terakhir, terutama karena belanja konsumen membaik didorong upah yang lebih tinggi. Tren ini semakin memperkuat perkiraan bank sentral bahwa Inflasi akan naik ke target tahunan 2% secara berkelanjutan, dan oleh karenanya kondisi moneter harus mulai diperketat. Pagi ini Jepang telah merilis au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI (Jul) yang  tergelincir ke wilayah kontraksi, setali tiga uang dengan Nikkei Manufacturing PMI INDONESIA untuk bulan Juli terjerumus ke angka 49.3, dibanding bulan June 50.7. Pelemahan PMI juga terjadi pada negara tetangga KOREA SELATAN & CHINA walau meraka masih bertahan di area ekspansif. Dari benua EROPA, JERMAN laporkan Unemployment Rate (Jul) masih tak berubah pada level 6.0%, setelah kemarin merilis Inflasi yang masih dalam trend naik sementara pertumbuhan ekonomi turun. Inflasi EUROZONE masih akan tersendat2 menuju target 2% ECB secara perkiraan awal CPI (Jul) membuahkan angka 2.6% yoy, 0.1% lebih tinggi dari forecast dan bulan sebelumnya 2.5%. Bicara mengenai Inflasi, hari ini tentunya para investor INDONESIA akan memantau Inflasi Juli yang diharapkan bisa mendingin ke level 2.4% yoy, dari 2.51% pada bulan sebelumnya. Pemantauan angka Manufacturing PMI juga akan terjadi di wilayah Eropa pada negara: JERMAN, EUROZONE, INGGRIS. BANK OF ENGLAND menjadi highlight nanti sore mengenai keputusan suku bunga mereka yang sepertinya akan diturunkan 25bps menjadi 5.0%; semua sentimen ini akan menggerakkan pasar Eropa secara keseluruhan.

• KOMODITAS: Harga MINYAK naik tajam pada hari Rabu didukung meningkatnya ketegangan di TIMUR TENGAH dan dicatatnya penurunan yang lebih besar pada stok persediaan minyak mentah AS. Futures BRENT melonjak 3, 7% menjadi USD 80, 92 / barel dan US WTI meroket 4, 4% ke level USD 78, 00 / barel, naik dari posisi terendah hampir 2 bulan. Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok militer Palestina Hamas, tewas dalam serangan rudal di Teheran. Pembunuhan ini dipercaya merupakan balasan Israel atas serangan mematikan Hezbollah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel; berpotensi menjadi kemunduran besar bagi peluang perjanjian gencatan senjata pada perang yang telah berlangsung selama 10 bulan. Di sisi lain, Badan Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS turun hampir 3, 4 juta barel dalam pekan yang berakhir 26 Juli, lebih banyak dari perkiraan penurunan 1, 6 juta barel. Angka tersebut menandai drop-nya persediaan minyak mentah AS selama 5 minggu berturut-turut, karena tingginya permintaan bahan bakar pada musim panas yang padat dengan perjalanan.

• IHSG bisa jadi memanfaatkan sentimen positif market regional, sebagai bahan bakar untuk menembus Resistance dua Moving Average dan kembali ke level 7300 lagi, terlebih karena asing bukukan Net Buy signifikan kemarin sebesar IDR 2.12 triliun (all market). Sebaliknya jika ternyata Support harus jebol ke bawah 7250 maka NHKSI RESEARCH menyarankan para investor / trader untuk kembali kurangi posisi.

Company News
• JPFA: Laba Bersih Japfa Melejit 1.704% Jadi Rp1, 47 Triliun Semester I/2024
• BRPT: Barito Pacific Raup Laba Bersih USD 34 Juta Semester I-2024
• INDF: Drop 30 Persen, Laba Indofood Juni 2024 Sisa Rp3, 85 Triliun

Domestic & Global News
S&P Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia BBB Outlook Stabil
Sinyal Penyusutan Ekonomi dari China, Aktivitas Manufaktur Terus Melambat Tiga Bulan Beruntun

Download full report HERE.