Today’s Outlook:

MARKET AS: Para investor tampaknya telah fully price-in semua berita baik, termasuk ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga di bulan September dan bahwa resesi kemungkinan akan terhindarkan. Antisipasi atas komentar lebih lanjut dari kandidat presiden Partai Republik, Donald Trump, pada hari Kamis di Konvensi Nasional Partai Republik dapat menambah kegelisahan pasar, di mana Trump dicurigai akan meningkatkan pengenaan tariff yang tidak friendly dengan perusahaan Teknologi, demikian menurut Goldman Sachs.

CURRENCY: YEN JEPANG kembali merosot setelah mencapai level tertinggi dalam 6 minggu, sementara EURO melemah setelah Presiden ECB Christine Lagarde menunda perubahan suku bunga tetapi mengatakan bahwa terbuka lebar keputusan rate cut pada pertemuan ECB berikutnya di bulan September. Dow Jones Industrial Average ditutup turun 533,06 poin, atau 1,29%, pada 40.665,02, menghentikan serangkaian penutupan tertinggi berturut-turut. Indeks S&P 500 turun 43,68 poin, atau 0,78%, menjadi 5.544,59. DOLLAR INDEX menguat setelah data Philadelphia Fed Manufacturing Index (Jul) secara tak terduga meroket ke angka 13.9, jauh tinggi dibanding perkiraan 2.7 dan angka 1.3 pada bulan sebelumnya. Di satu sisi, Initial Jobless Claims memang bertambah 20ribu menjadi 243ribu klaim pengangguran untuk pekan terakhir, lebih tinggi dari perkiraan 229ribu yang disusun para ekonom polling Reuters; walau demikian data ini dianggap tidak banyak menunjukkan perlambatan yang signifikan di pasar tenaga kerja karena faktor musiman. Alhasil DXY naik 0,5% pada 104,19, setelah berada di dekat level terlemah dalam 4 bulan terakhir. Euro turun 0,37% pada USD 1,0896, turun dari level tertinggi selama 4 bulan pada hari Rabu. Dari JEPANG, Yen turun dari level tertingginya setelah data harian menunjukkan sedikit bukti baru tentang intervensi dari pihak berwenang. Mata uang ini melemah 0,75% terhadap greenback pada 157,36 / USD. Adapun Yen telah turun tajam terhadap Dollar tahun ini karena perbedaan suku bunga yang lebar antara AS dan Jepang, menciptakan peluang perdagangan yang menguntungkan, di mana para pedagang meminjam Yen dengan suku bunga rendah untuk berinvestasi dalam aset-aset berharga Dollar demi mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai carry trade.

FIXED INCOME: Imbal hasil US TREASURY tenor 2 tahun yang sensitif terhadap suku bunga terakhir naik 3,4 basis poin ke level 4,463% dan yield 10 tahun naik 4,4 basis poin menjadi 4,19%. Kurva yield antara obligasi bertenor 2 tahun dan 10 tahun menanjak 1 basis poin pada hari ini menjadi minus 27 basis poin. Hal ini diartikan bahwa para investor sekarang melihat pemangkasan suku bunga oleh the Fed sebagai sebuah kepastian, jika Inflasi terus bergerak ke arah yang benar (melandai).

MARKET ASIA: Bloomberg News melaporkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang mempertimbangkan kebijakan yang disebut foreign direct product rule, yang akan memungkinkan AS menghentikan penjualan suatu produk jika produk tersebut dibuat menggunakan teknologi Amerika. Di CHINA sendiri, para investor kemungkinan akan sangat kecewa dengan hasil pertemuan Komite Sentral Partai Komunis, yang dikenal sebagai sidang pleno, di mana mereka mengamati tanda-tanda peluncuran stimulus yang sangat dibutuhkan untuk menghidupkan kembali perekonomian yang lesu. Para pemimpin China menegaskan kembali tujuan kebijakan ekonomi mereka secara umum: memodernisasi industri, meningkatkan permintaan domestik dan membatasi risiko utang dan sektor properti; walau belum jelas rincian rencana kerja hal ini di lapangan. Inflasi JEPANG akan menjadi fokus utama pasar Asia hari ini; secara angkanya akan sangat menentukan tindakan Bank of Japan pada pertemuan tanggal 30-31 Juli : memutuskan apakah mempertahankan suku bunga, atau menaikkan 10 bps lagi menjadi 0.20%? Para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan Inflasi Inti meningkat pada bulan Juni sebesar 2,7% yoy dari 2,5% pada bulan Mei. Itu berarti Inflasi telah berada di atas target bank sentral sebesar 2% selama 27 bulan berturut-turut. Para pejabat khawatir bahwa Inflasi ini lebih didorong oleh faktor eksternal daripada permintaan domestik yang justru didorong oleh para pembuat kebijakan. Efek kenaikan upah yang kuat belum terasa, namun hampir 90% rumah tangga Jepang memperkirakan harga akan naik dalam satu tahun dari sekarang, dan ini merupakan probability survei tertinggi dalam 16 tahun.

Corporate News
Alasan RMKE Rilis Obligasi IDR 1,5 Triliun saat Suku Bunga Tinggi
penyedia jasa logistik batu bara, PT RMK Energy Tbk. (RMKE) menerbitkan obligasi senilai IDR1,5 triliun untuk mendanai ekspansi. Penerbitan obligasi itu dilakukan perseroan saat iklim suku bunga tinggi. Sebagaimana diketahui, dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) periode Juli 2024 pada Rabu (17/7/2024) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 6,25%. Head of Investor & Public Relations RMKE, Julius Caesar Samosir menjelaskan dana obligasi tersebut akan digunakan untuk ekspansi yaitu akuisisi tambang milik asing dan pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan dalam waktu dekat. “Walaupun suku bunga tinggi, tetapi kami melihat peluang dan timing yang pas untuk mengakuisisi 4 tambang asing. Jadi kami tidak bisa menunggu suku bunga turun,” ujar Julius kepada Bisnis di Palembang, Rabu (17/7/2024). Lebih lanjut dia mengatakan penerbitan obligasi tersebut akan dilakukan untuk jangka panjang setidaknya dalam tiga tahun ke depan. “Rencana penerbitan obligasi kami Rp1,5 triliun, bertahap. Tahap pertama Rp500 miliar estimasinya akan terbit pada Agustus 2024,” ujar Julius. (Bisnis)

Domestic Issue
Obligasi Korporasi Jatuh Tempo pada Semester II-2024 Capai IDR 83.5 Triliun
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengumumkan jumlah surat utang yang akan jatuh tempo pada Semester II-2024 mencapai IDR 83.5 triliun. Perusahaan swasta memimpin jumlah utang jatuh tempo ketimbang BUMN grup pada paruh kedua tahun ini. Head of Economic Research Division Pefindo Suhindarto mengatakan, memasuki paruh kedua 2024, korporasi bersiap menghadapi gelombang jatuh tempo obligasi korporasi yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan pembagiannya, Suhindarto menyebut nilai surat utang yang jatuh tempo lebih besar pada kelompok Swasta (Non-BUMN) dibandingkan dengan BUMN grup. Adapun secara nilai, total nilai surat utang korporasi dari Non-BUMN yang akan jatuh tempo pada Semester II-2024 adalah sebesar IDR 43.15 triliun. Obligasi Korporasi Jatuh Tempo pada Semester II-2024 Capai IDR 83.5 Triliun. “Sementara dari BUMN Grup, total nilai surat utang jatuh jatuh tempo untuk periode yang sama adalah sebesar IDR 40.37 triliun,” ucapnya. Head of Non-Financial Institution Yogie Surya Perdana menekankan pentingnya mitigasi risiko oleh perusahaan. Kesiapan jatuh tempo obligasi di level emiten adalah kasus per kasus. Perusahaan yang mampu mengelola risiko mata uang dan bunga dengan baik akan memiliki risiko gagal bayar yang lebih rendah. Yogie juga menggarisbawahi bahwa perusahaan dengan rating rendah perlu mendapat perhatian lebih. Emiten dengan rating BBB ke bawah, terutama yang memiliki obligasi jatuh tempo dalam waktu dekat, perlu diperhatikan. “Kondisi makro yang memburuk atau fluktuasi nilai tukar dapat meningkatkan risiko gagal bayar,” tutupnya. (Investor Daily)

Recommendation
US10YT mendapat candle hijau setelah Doji (di area Support) mengkonfirmasi indikasi technical rebound yang ditunjukkan RSI po sitive divergence ini. US10YT perlu break out MA10 sebagai Resistance terdekat pada yield 4.225%, sebelum menuju TARGET selanjutnya: 4.283% / 4.346%. Namun tentunya perlu background fundamental yang mendasari rebound pada yield sementara so far The Fed masih tampak cukup dovish untuk kemungkinan rate cut di bulan Sept. Walau demikian, antisipasi pelemahan pada harga obligasi seiring adanya potensi naik lebih lanjut pada yield.

ID10YT terbentur Resistance MA10 & MA50 pada saat yield mendekati level psikologis 7.0%, dan tampak mundur kembali; masih membuka peluang
konsolidasi lebih lanjut menuju Support: 6.84% / 6.76% – 6.74%. POTENTIAL: dengan demikian, antisipasi penguatan harga obligasi lebih lanjut.

Download full report HERE.