Today’s Outlook :

 

 

PASAR AS : Indeks S&P 500 ditutup menguat pada Jumat, seiring investor kembali melakukan aksi beli pada saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) yang melanjutkan rebound sejak sehari sebelumnya dan mendorong penguatan sektor teknologi secara keseluruhan. Pada penutupan perdagangan pukul 16.00 waktu New York (21.00 GMT), indeks Dow Jones Industrial Average naik 183 poin atau 0,4%, S&P 500 menguat 0,9%, dan NASDAQ Composite melonjak 1,3%.

 

 

Sentimen pasar membaik setelah data inflasi Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) AS untuk November tercatat lebih rendah dari perkiraan, sehingga meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih lanjut pada tahun depan. Namun, para analis mengingatkan bahwa data CPI November tersebut kemungkinan tidak akan terlalu memengaruhi arah kebijakan suku bunga The Fed, karena masih dipengaruhi oleh sisa gangguan akibat penutupan pemerintahan (government shutdown) pada Oktober lalu.

 

 

Selain itu, Presiden Federal Reserve Bank of New York, John Williams, pada Jumat menyatakan belum melihat adanya kebutuhan mendesak untuk kembali memangkas suku bunga setelah penurunan suku bunga pekan lalu. Dalam wawancara dengan CNBC, ia mengatakan tidak merasakan “sense of urgency” untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut, seraya menilai bahwa pemangkasan yang telah dilakukan sejauh ini sudah memposisikan The Fed dengan baik untuk menekan inflasi sekaligus mendukung pasar tenaga kerja yang mulai mendingin.

 

 

Saham Oracle (NYSE: ORCL) melonjak pada Jumat, didorong laporan bahwa perusahaan perangkat lunak tersebut menjadi bagian dari konsorsium Amerika Serikat yang akan mengakuisisi operasi TikTok di AS. Penguatan Oracle diikuti saham-saham berbasis AI lainnya, dengan CoreWeave Inc (NASDAQ: CRWV) menjadi salah satu pencetak kenaikan terbesar. Perusahaan infrastruktur cloud tersebut juga mengumumkan telah bergabung dalam upaya Departemen Energi AS untuk mendorong riset dan inovasi di Amerika Serikat.

 

 

 

PASAR EROPA : Saham-saham Eropa ditutup sebagian besar di zona positif pada sesi Jumat, mencatatkan kinerja mingguan yang solid meskipun pasar dihadapkan pada sejumlah pertemuan kebijakan bank sentral yang penting. Indeks DAX Jerman naik 0,4%, CAC 40 Prancis stagnan, sementara FTSE 100 Inggris menguat 0,6%. Secara mingguan, DAX mencatat kenaikan sekitar 0,5%, sedangkan CAC 40 dan FTSE 100 masing-masing naik lebih dari 1% dan 2%.

 

 

Bank Sentral Eropa (ECB) mempertahankan suku bunga acuannya di level 2%, sesuai ekspektasi pasar, namun meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro. ECB kini memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai hingga 1,4% pada 2025 dan 1,2% pada 2026. Meski demikian, sentimen konsumen Jerman diperkirakan akan melemah signifikan menjelang 2026, berdasarkan data yang dirilis lebih awal pada Jumat.

 

 

Sementara itu, Bank of England memangkas suku bunga pada Kamis, sesuai dengan perkiraan luas pasar. Namun, ketidakpastian masih membayangi langkah kebijakan selanjutnya, setelah sejumlah pengambil keputusan BoE menyoroti kekhawatiran terhadap ekspektasi pertumbuhan upah yang tetap tinggi serta tekanan inflasi struktural. Kondisi ini terjadi di tengah penurunan penjualan ritel pada November yang mencerminkan lemahnya kepercayaan konsumen.

 

 

 

PASAR ASIA: Mayoritas bursa saham Asia menguat pada Jumat, didorong oleh rebound saham-saham teknologi setelah mengalami tekanan tajam sepanjang pekan lalu. Sementara itu, pasar memberikan respons yang relatif terbatas terhadap kenaikan suku bunga Bank of Japan (BOJ) yang sesuai ekspektasi. Pasar saham Jepang sempat memangkas sebagian penguatannya usai keputusan BOJ, namun tetap mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan bursa Asia lainnya pada hari tersebut. Meski demikian, indeks Nikkei 225 bersama sebagian besar bursa utama Asia masih membukukan pelemahan yang cukup dalam secara mingguan.

 

 

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 1%, sedikit mengurangi penguatan awal namun tetap memimpin kenaikan di kawasan Asia. BOJ menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, sesuai dengan perkiraan pasar, serta menyatakan masih memiliki ruang untuk kembali menaikkan suku bunga apabila kondisi ekonomi dan inflasi bergerak sejalan dengan proyeksi bank sentral. Kenaikan suku bunga ini sudah banyak diantisipasi, mengingat inflasi Jepang terus meningkat sepanjang tahun ini, sementara nilai tukar yen masih bertahan di dekat level terendah dalam beberapa tahun terakhir.

 

 

Data inflasi konsumen (CPI) yang dirilis lebih awal pada Jumat menunjukkan bahwa inflasi Jepang tetap bertahan (sticky) dan berada di atas target tahunan BOJ sebesar 2% pada November, sehingga semakin memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter lanjutan.

 

 

 

KOMODITAS : Dari pasar komoditas, Goldman Sachs memperkirakan harga emas berpotensi naik sekitar 14% hingga mencapai USD 4.900 per ons pada Desember 2026 dalam skenario dasar. Proyeksi ini didorong oleh permintaan struktural yang kuat dari bank sentral global serta dukungan siklus penurunan suku bunga The Fed. Goldman Sachs tetap merekomendasikan posisi long pada emas, sembari mencatat adanya risiko kenaikan tambahan jika diversifikasi aset semakin meluas ke investor non-tradisional. Sementara itu, harga tembaga diperkirakan akan bergerak konsolidatif sepanjang 2026 dengan rata-rata USD 11.400 per metrik ton, di tengah ketidakpastian kebijakan tarif AS yang diperkirakan baru mendapatkan kejelasan pada pertengahan 2026.

 

 

 

INDONESIA : IHSG ditutup melemah tipis -0,10% ke level 8.609,6, dengan kondisi teknikal yang menunjukkan negative RSI divergence sehingga perlu diwaspadai potensi koreksi lanjutan. Saat ini, area 8.700–8.750 menjadi resistance jangka pendek, sementara support utama berada di level 8.500 dengan support lanjutan di kisaran 8.300–8.350. Dengan kondisi tersebut, strategi yang disarankan adalah wait & see, sambil mengantisipasi peluang pullback apabila IHSG gagal bertahan dan kembali bergerak melemah menuju area support.

 

 

Untuk saat ini, rotasi pasar masih cenderung bertahan pada saham-saham konglomerasi yang relatif stabil dan masih bergerak di atas MA20, sehingga tetap menarik untuk strategi trading jangka pendek. Peluang rotasi terbatas ke saham-saham fundamental klasik masih terbuka, terutama apabila terjadi penyesuaian harga seiring volatilitas pasar.

 

 

Investor disarankan untuk tetap mencermati dan mengawal setiap saham dengan trailing stop masing-masing, sambil memperhatikan level teknikal dan respons pergerakan indeks, serta mencermati katalis maupun sentimen domestik guna menangkap peluang trading secara selektif dan terukur.

 

 

 

Unduh laporan lengkapnya DISINI