Today’s Outlook:
MARKET AS: Yield US Treasury masih melanjutkan kenaikan setelah pemerintah AS berhasil terhindar dari ancaman shutdown (sementara untuk 45 hari sampai 17 Nov) setelah Congress AS meloloskan rancangan undang-undang anggaran negara di saat-saat terakhir sebelum tenggat waktu hari Sabtu lalu. Garga Minyak mentah masih bercokol di sekitar USD 90/barrel, di tengah prediksi akan adanya peningkatan permintaan dari China pada waktu masa libur “Golden Week”. Sementara itu, imbal hasil obligasi negara AS kembali terdorong naik seiring meningkatnya ekspektasi akan adanya satu lagi kenaikan suku bunga dari Federal Reserve. Yield US Treasury tenor 2 tahun naik 5.2 poin ke level yield 5.098%; sementara tenor 10 tahun menanjak 12 bps ke tingkat yield 4.696%. Hanya sekitar 30% trader yang meyakini bahwa The Fed masih akan naikkan suku bunga bulan depan, naik dari sekitar 18% di pekan lalu, seperti dilansir dari Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan siap mendukung kenaikan suku bunga lanjutan jika laju penurunan Inflasi AS terbukti melambat. Dari sudut pandang data ekonomi: AS merilis S&P Global US Manufacturing PMI (Sept.) yang hampir mendekati batas wilayah ekspansif (50) yaitu di 49.8 , mampu lebihi ekspektasi dan bulan sebelumnya. Demikian pula menurut ISM Manufacturing PMI di mana bulan Sept. pertumbuhan aktivitas pabrikan AS semakin pesat ke level 49, jauh lebih baik dari forecast maupun previous period di sekitar 47. Data ekonomi penting terkait ketenagakerjaan akan mulai muncul Selasa malam nanti sekitar jam 21.00 WIB, yaitu JOLTs Job Openings di mana diperkirakan tak banyak berubah dari bulan sebelumnya, menunjukkan mungkin ada sekitar 8.83 juta lowongan pekerjaan baru di bulan Agustus lalu. Salah satu sentimen market lainnya yang akan mendominasi adalah laporan keuangan kuartal 3 segera bermunculan, di mana para analis memperkirakan laba perusahaan mampu meningakat 1.6% dari kuartal yang sama tahun lalu, setelah jatuh 2.8% di kuartal kedua tahun ini.
MARKET ASIA: Dari Jepang telah dirilis sederet data ekonomi penting yang pada intinya mengatakan bahwa Tankan Manufacturing Outlook Index alami pertumbuhan signifikan di atas ekspektasi pada kuartal 3, khususnya bagi pabrikan besar; walau menurut au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI untuk bulan Sept terlihat masih berjuang di wilayah kontraksi.
MARKET EROPA: Bicara mengenai Manufacturing PMI untuk bulan Sept: Jerman masih di bawah estimasi, Eurozone dan Inggris mampu penuhi ekspektasi; yang pasti ketiganya masih berkutat di wilayah kontraksi. Adapun Eurozone merilis Unemployment Rate pada bulan Agustus di level 6.4% sesuai prediksi, lebih rendah dari bulan Juli di 6.5%.
KOMODITAS : Harga Minyak mentah West Texas Intermediate atau WTI (New York) dan Brent (London) keduanya drop 2%, melanjutkan penurunan hari Jumat; atas dasar pemikiran bahwa harga energi yang tinggi akan membebani ekonomi global dan mendorong naik Inflasi, sehingga pada akhirnya akan menekan permintaan akan Crude Oil itu sendiri. Harga kontrak WTI untuk pengiriman November akhirnya lepas dari level kunci USD 90, ditutup di USD 88.82/barrel alias merosot 2.2% secara intraday bahkan sempat menyentuh titik terendah 3 minggu pada USD 88.47. Sementara harga Brent untuk kontrak Desember yang terkenal paling aktif anjlok 1.6% secara intraday ke angka USD 90.71/barrel, walau sempat bangkit dari titik Low USD 90.36. OPEC+ akan selenggarakan pertemuan 23 negara produsen Minyak anggotanya pada hari Rabu, di mana sepertinya kecil kemungkinan mereka akan mengubah pemangkasan produksi 1.3juta barrel / hari sampai akhir tahun. Pada saat yang sama, implementasi hal tersebut menimbulkan konsekuensi lain. Impor Minyak mentah Asia kembali drop selama dua bulan berturut-turut di bulan September, secara maintenance kilang minyak dan harga Minyak yang meninggi membatasi permintaan. Faktor lain yang memberatkan konsumen Minyak non-AS adalah melonjaknya Dollar ke level tertinggi 10bulan atas dasar trend naik suku bunga AS yang masih punya kemungkinan berlanjut.
MARKET INDONESIA: Tak mau kalah, Indonesia publikasikan Nikkei Manufacturing PMI yang ternyata pertumbuhannya sedikit melambat ke
level 52.3 pada bulan September, dibanding 53.9 pada bulan Agustus. Adapun tingkat Inflasi bulan September semakin mendingin ke angka
2.28% yoy, dari 3.27% di bulan Agustus; walau secara bulanan pertumbuhannya justru memanas 0.19% mom, dibanding bulan sebelumnya yang
deflasi -0.02%. Secara Inflasi Inti, yang mengecualikan harga barang-barang yang volatile seperti bahan bakar dan makanan, stabil di bawah level
aman Bank Indonesia 3%, yaitu kembali melandai pula ke tingkat 2.0% yoy, mampu lebih rendah dari ekspektasi & posisi bulan Aug di 2.18%.
Corporate News
Jatuh Tempo, Maybank (BNII) Siapkan IDR 76.65 M Untuk Lunasi Pokok Dan Bunga Obligasi PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) telah menyiapkan dana untuk pelunasan utang obligasi yang akan jatuh tempo pada 26 Oktober 2023 mendatang. Muhamadian, Direktur Utama BNII mengatakan obligasi yang akan jatuh tempo adalah Obligasi Berkelanjutan II Bank Maybank Indonesia Tahap III Tahun 2018 Seri C. Dana yang disiapkan perseroan untuk mrmbayar pokok dan bunga obligasi tersebut sebesar IDR 76.65 miliar Dari dana IDR 76.65 miliar ini, yang merupakan utang pokok obligasi sebesar IDR 75 miliar. Sedangkan sisanya sebesar IDR 1.65 miliar merupakan bunga obligasi kedua puluh. (Emiten News)
Domestic Issue
Yield US Treasury Naik, Pasar Obligasi Indonesia Dinilai Masih Menarik Yield US Treasury 10 Tahun (UST) mendekati level tertingginya sepanjang tahun. Meski demikian, pasar obligasi Indonesia dinilai masih akan menarik. Berdasarkan data Bloomberg, per Jumat (29/9) yield UST berada di level 4.59%. Angka ini naik dari bulan sebelumnya (MoM) di 4.12% dan telah melesat dari posisi 3.79% di awal tahun. Adapun level tertingginya tahun ini di level 4.61%. Chief Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto mengatakan, di tengah kenaikan UST 10 Tahun, pasar obligasi Indonesia masih dipandang cukup menarik. Pasar obligasi Indonesia masih menjadi yang berkinerja terbaik di antara anggota Asian Local Currency Bond Index (ALBI) per akhir Agustus 2023 lalu. Suku bunga tinggi bertahan stabil di tengah kenaikan di negara maju dengan tingkat inflasi juga telah berada pada rentang target bank Indonesia. Suhindarto memaparkan, per akhir Agustus 2023 Indonesia menjadi negara dengan return tertinggi di 7.3%. Disusul India sebesar 5.7%, dan Filipina serta Malaysia sebesar 4.8%.
Recommendation
ID masih bercokol di titik tertinggi 16 tahun, namun demikian tampak stuck di area Resistance upper channel 4.69% – 4.70%. RSI telah masuki wilayah Overbought. ADVISE : let your profit run, tapi jangan lupa set your Trailing Stop. Perlu pertimbangkan untuk SELL ON STRENGTH (Sebagian). Support MA10 = 4.577%.
ID10YT akhirnya menembus level psikologis yield 7.0% di tengah Uptrend yang kuat. Sedikit lagi ID10YT mencapai TARGET 7.085% dari pola PARALLEL CHANNEL sebelumnya. ADVISE : let your profit run ; jangan lupa set your TRAILING STOP. Perlu dipertimbangkan untuk SELL ON STRENGTH karena RSI konsisten negative divergence. Support MA10 = yield 6.85%.
Download full report HERE.