Today’s Outlook:

 

 

• PASAR AS : Wall Street ditutup menguat pada Kamis, dengan S&P 500 naik 0,8% ke level 6.774,77, NASDAQ Composite melonjak 1,4% ke 23.006,36, dan Dow Jones Industrial Average menguat tipis 0,1% ke 47.951,85. Penguatan ini menandai rebound dari posisi terendah tiga pekan terakhir, meski secara mingguan ketiga indeks masih mencatatkan penurunan sekitar 0,7%–1% akibat tekanan sebelumnya di saham teknologi. Sentimen positif dipicu oleh rilis data inflasi CPI November yang lebih rendah dari ekspektasi, sehingga kembali memunculkan spekulasi bahwa Federal Reserve berpeluang melanjutkan pemangkasan suku bunga pada tahun depan.

 

 

Namun, sejumlah analis menilai data CPI tersebut belum cukup kuat untuk mengubah proyeksi kebijakan The Fed, mengingat angka inflasi masih dipengaruhi oleh sisa gangguan akibat penutupan pemerintahan pada Oktober lalu. Meski begitu, pasar tetap merespons positif, terutama di sektor teknologi yang mulai mendapatkan ruang bernapas setelah sebelumnya tertekan oleh kekhawatiran valuasi saham berbasis AI. Lonjakan saham Micron Technology hingga sekitar 10% usai membukukan kinerja kuartalan yang solid turut menopang penguatan indeks. Selain itu, saham Oracle juga menguat signifikan setelah muncul laporan bahwa perusahaan tersebut tergabung dalam konsorsium AS yang berencana mengakuisisi operasional TikTok di Amerika Serikat.

 

 

 

PASAR EROPA :Bursa saham Eropa bergerak menguat pada Kamis, seiring investor mencerna hasil pertemuan sejumlah bank sentral utama di kawasan. Indeks DAX Jerman naik 1%, FTSE 100 Inggris menguat 0,7%, dan CAC 40 Prancis bertambah 0,8%. Bank of England memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%, level terendah hampir tiga tahun, sejalan dengan perlambatan inflasi dan melemahnya pertumbuhan ekonomi Inggris. Di sisi lain, Bank Sentral Eropa memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di level 2%, dengan inflasi yang relatif mendekati target jangka menengah serta ekonomi zona euro yang dinilai cukup tangguh meski dihadapkan pada kebijakan dagang agresif dari Amerika Serikat.

 

 

 

• PASAR ASIA: Mayoritas pasar saham Asia ditutup melemah pada Kamis, melanjutkan tekanan di sektor teknologi akibat kekhawatiran valuasi saham AI yang masih dinilai mahal. Sentimen pasar juga dibebani sikap wait and see menjelang pertemuan Bank of Japan, di mana investor semakin yakin bank sentral Jepang akan memberikan sinyal hawkish atau bahkan menaikkan suku bunga. Indeks Nikkei 225 Jepang turun sekitar 1%, tertekan oleh pelemahan saham teknologi dan kekhawatiran atas inflasi domestik yang masih persisten serta pelemahan yen. Sementara itu, pasar saham China bergerak volatil dalam beberapa sesi terakhir, dipengaruhi spekulasi tambahan stimulus dari pemerintah Beijing menyusul serangkaian data ekonomi November yang berada di bawah ekspektasi.

 

 

 

KOMODITAS :Dari pasar komoditas, Goldman Sachs memperkirakan harga emas berpotensi naik sekitar 14% hingga mencapai USD 4.900 per ons pada Desember 2026 dalam skenario dasar. Proyeksi ini didorong oleh permintaan struktural yang kuat dari bank sentral global serta dukungan siklus penurunan suku bunga The Fed. Goldman Sachs tetap merekomendasikan posisi long pada emas, sembari mencatat adanya risiko kenaikan tambahan jika diversifikasi aset semakin meluas ke investor non-tradisional. Sementara itu, harga tembaga diperkirakan akan bergerak konsolidatif sepanjang 2026 dengan rata-rata USD 11.400 per metrik ton, di tengah ketidakpastian kebijakan tarif AS yang diperkirakan baru mendapatkan kejelasan pada pertengahan 2026.

 

 

 

INDONESIA : IHSG ditutup melemah sedikit flat -0.58% ke level 8618.2, dimana level support IHSG saat ini  dapat ditambah pijakan di atas area 8600 sebagai support baru untuk jangka pendek dan support selanjutnya di 8500. Untuk saat ini, resistance jangka pendek di 8700-8750 dan jangka menengah di area psikologis 9000.  Namun mengingat potensi RSI Negative Divergence yang terlihat di IHSG, tetap mempersiapkan diri dengan persiapan pullback yang akan terjadi hingga ke support 8500.

 

 

Untuk sebagai catatan saham konglomerasi masih ontrack di atas MA20 dapat dijadikan pijakan sebagai trailing stop untuk pertimbangan rotasi ke sektor- saham fundamental klasik. Disarankan tetap perhatikan dan kawal setiap saham dengan trailing stop masing-masing seraya memperhatikan level dan respons dari indeks untuk trading saham-saham konglomerasi seraya memperhatikan katalis / sentimen dari dalam negeri untuk melakukan dan mengambil peluang trading.

 

 

 

Unduh laporan lengkapnya DISINI